Success can be generally defined as a goal achievement. The word 'success' may have a specific meaning for each person. For me, 'success' is talking about peacefulness, in both life and afterlife.
Sukses memiliki definisi yang cukup luas. Salah satu philanthropist favorit saya, Oprah Winfrey, mendefinisikan sukses sebagai kemampuan menciptakan sebuah perubahan bukan hanya dalam hidupmu tetapi juga untuk kehidupan banyak orang.
"...being able to make a difference, not only your own life, but in other people's lives."-Oprah Winfrey
Quote tersebut sangat menginspirasi saya untuk menjelajahi ilmu yang lebih luas dan mengaplikasikannya kepada banyak orang. Akan tetapi, tidak harus menjadi seorang professor atau ilmuwan untuk menyumbang penemuan-penemuan luar biasa. Dan tidak pula harus menjadi seorang milyuner untuk dapat menolong sesama. Kesuksesan menghimbau keberadaan material, finansial, manajerial, sosial, psikologikal, emosional, bahkan spiritual.
Seorang balita di dalam bus pun telah sukses mengajarkan saya betapa berartinya sebuah arti kata 'terimakasih'. Kisah berharga ini terjadi saat saya pulang kuliah dengan menggunakan sarana transportasi umum. Dengan tubuh berpeluh, lelah, dan matahari yang seolah menari di atas kepala saya, membuat kondisi di dalam bus tidak nyaman. Ingin rasanya cepat-cepat tiba sampai tempat tujuan, akhirnya satu jam kemudian bus saya pun sampai. Saya jalan perlahan menuju pintu bagian depan bus, mengantri di belakang seorang ibu yang sedang menuntun anak balita berumur sekitar 4 tahun dan berjalan beriringan. Sebelum menginjakan kaki mungilnya di bibir pintu, balita itu menahan langkahnya dan berkata kepada sang supir, "Terimakasih ya, Bang." Saya tercengang seraya kagum mendengar ucapan sederhana itu terlontar dari mulut mungilnya. "Orang tua yang hebat," pikir saya. Secara etika, ibu itu telah sukses mendidik anak balitanya. Dan tanpa disadari, anak balitanya telah sukses mengajarkan sebuah pelajaran berharga untuk banyak orang di dalam bus.
Kisah sedehana tersebut menyadarkan saya bahwa ilmu sekecil apapun yang kita berikan untuk satu orang saja, bisa bermanfaat untuk banyak orang. Energi positif dari balita itu mampu merubah raut wajah sang supir menjadi bersinar, terlihat dari lontaran senyum nan tulus dan tampak lebih bersemangat untuk menjemput rezeki Allah.
Fitrah kita sebagai manusia yang tak pernah puas, membuat kita lupa, bahkan tidak menikmati kesuksesan yang kita capai. Kesuksesan dalam hidup meliputi pencapaian kebahagiaan secara lahiriah dan batiniah. Banyak orang yang sudah mencapai kebahagiaan lahiriah, tetapi belum bisa merasakan kebahagiaan batiniah, begitu pula sebaliknya. Kesuksesan dunia identik dengan gaya hidup mewah, glamor, dan ambisi yang tidak pernah puas untuk terus mengejar harta.
Sebuah obrolan panas yang sedang marak diperbincangkan, yaitu kasus pencucian uang dan pembobolan uang nasabah sebanyak 17 M oleh seorang wanita cantik, Melinda De. Deretan mobil mewah dan sejumlah uang milyaran miliknya terpaksa harus disita, dan ia pun terancam vonis kurungan penjara lebih dari 10 tahun. Gemerlap duniawi telah membutakan mata banyak orang, bahkan mereka rela menelantarkan moralitas dan harga diri. Apakah secara rasional mereka dapat dikatakan damai dan bahagia?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan (akan merusak agama)
kalian, akan tetapi yang aku takutkan bagi kalian adalah jika
(perhiasan) dunia dibentangkan (dijadikan berlimpah) bagi kalian
sebagaimana (perhiasan) dunia dibentangkan bagi umat (terdahulu) sebelum
kalian, maka kalian pun berambisi dan berlomba-lomba mengejar dunia
sebagaimana mereka berambisi dan berlomba-lomba mengejarnya, sehingga
dunia itu membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan mereka." [Hadits shahih riwayat Al-Bukhari (no. 2988) dan Muslim (no. 2961)]
Hadis tersebut mengingatkan agar kita selalu waspada, jangan sampai nafsu mengendalikan diri kita. Jangan sampai kita terjerumus dalam glamornya kehidupan dunia yang bersifat sementara. Bentengi hati kita dengan iman dan takwa, karena rapuhnya keimanan seseorang pertanda jauhnya taufik dari Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada hamba tersebut.
Saya menyimpulkan bahwa uang bukanlah tolak ukur seseorang dikatakan sukses. Sukses itu seharusnya bisa memberikan manfaat untuk orang lain, bukan malah merugikan banyak pihak. Menuju sukses membutuhkan proses, tetap patuhilah rambu-rambunya agar kita tidak trsesat. Tidak ada orang beriman yang takut akan masa depannya selama kita memiliki Kemauan, Kemampuan, dan keseriusan. Bismillah!