Friday, October 28, 2011

Jangan Menjadi Seperti Keledai

,

 Siapakah diantara teman-teman yang pernah menjelma seperti seekor keledai dalam sebuah ladang jagung? Saya mengibaratkan korban hukum sebagai keledai dan instansi/lembaga hukum sebagai ladang jagung. hehe.. Jadi maksud saya, pernahkah kamu dibodohi oleh ketidakpastian hukum? Lets talk about Law! I am a layman but I wanna reveal my real story which puts me as a victim of structure of law.
Sebelum kamu memberikan jawaban, sebenarnya keluarga saya pernah menjadi keluarga keledai loh. Ups! Ini hanya sebatas perumpamaan ya. Hehe.
Ayah saya mempunyai seorang notaris kepercayaan keluarga, kita sebut saja dia Bunga. Apapun masalah sengketa yang melibatkan hukum, si Bunga inilah yang selalu pertama kali turun tangan membantu keluarga kami.
Kekecewaan kami dimulai saat ayah baru saja membeli sebuah rumah sederhana. Seperti biasanya, kami percayakan proses akte balik nama kepada si Bunga. Proses itu sudah kami lakukan sejak bulan Agustus 2010, dan sampai detik ini pun bulan Oktober 2011 masih belum ada kabar. 
Terhitung genap satu tahun, saya mendatangi Bunga dan menanyakan akte balik nama tersebut. Dengan ringan ia menjawab bahwa surat tersebut masih dalam proses di kantor pusat. What the Hell! Selama itukah prosesnya? Padahal kami sudah melunasi biaya administrasi yang ia minta, jumlahnya tidak sedikit lho. 
Dari pengalaman tersebut, saya merasa seperti seekor keledai bodoh yang diumpani seonggok jagung. Kami dianggap bodoh karena mempunyai latarbelakang kosong tentang dunia hukum. Kami terperangkap dalam suatu biduk permainan yang tak pernah diketahui alurnya. Tidak ada transparansi, bahkan kami hanya dibumbui janji yang tidak pasti. Kenapa selalu dipersulit bila terlibat dalam masalah hukum? Dimana integritas dan moralitas para penegak hukum? 
Kami sudah mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit jumlahnya, tapi mengapa pelayanan hukum Indonesia tidak memuaskan. Ini seperti pemerasan terselubung dengan iming-iming keamanan dari pihak kepolisian dan juga perlindungan hukum yang sah. Hadeh, ini namanya konspirasi busuk antara dua lembaga yang notabene, katanya "mengabdi kepada masyarakat." Atau jangan-jangan ini hanya modus untuk penggemukan rekening pribadi.Wallahualam! 
Lunturnya kepercayaan terhadap si Bunga membuat kami menjadi lebih berhati-hati dalam menunjuk orang saat terlibat kasus hukum. Apakah para kinerja penegak hukum di Indonesia telah bobrok? Yah, semoga saja masih ada insan cerdas, jujur, dan berintegritas tinggi yang terjun dalam dunia hukum secara professional di Negara kita tercinta ini. Amin
        

Libia Tanpa Khadafi

,
Mantan pemimpin Libia, Moammar Khadafi, tewas mengenaskan di tanah kelahirannya, Sirte, setelah diserang pasukan dewan, Kamis (20/10). Pria yang telah memimpin Libya selama 41 tahun ini diketahui tewas akibat tembakan peluru di kepalanya. Perdana Menteri Libya, Mahmoud Jibril, menerangkan seperti dilansir CNN, Jumat (21/10/2011), kejadian ini terjadi setelah pasukan Dewan Transisi Nasional berhasil mengepung kota Sirte, Khadafi ditangkap hidup-hidup dalam keadaan sehat tanpa perlawanan. Pria yang mengenakan kaos berwarna  coklat, dan sorban ini terkena tembak di lengan kanan saat ia akan dipindahkan ke dalam kendaraan untuk menuju Misrata. Pada saat Khadafi akan dimasukkan ke dalam mobil, baku tembak antara pasukan transisi dewan dan pasukan loyalis Khadafi pun terjadi. Khadafi terjebak dalam baku tembak tersebut, kemudian tembakan peluru melesat tepat mengenai bagian kepalanya, lalu ia tewas saat menuju Rumah Sakit.
Di rumah sakit, sampel DNA yaitu darah dan air liur Khadafi diperiksa tim porensik. Pihak Rumah Sakit menyatakan bahwa orang yang tewas tersebut adalah Khadafi. Tak lama kemudian, kerumunan orang di seluruh Libya bersorak-sorak merayakan kematian Khadafi.
Mengulas masa awal kepemimpinannya, Khadafi dikenal sebagai seorang pemimpin revolusioner yang berani dan radikan. Pria yang selalu memproklamasikan sistem anti-barat ini, berhasil mengenggam Libya setelah sukses merebut tahta kerajaan dari tangan Raja Idris, saat itulah satu kudeta ia taklukan. Ia mulai memimpin Libya pada tahun 1969, lantas merubah bentuk Negara dari kerajaan menjadi republik setelah 7 tahun masa awal kepemimpinannya. Selama menjadi pemimpin, Khadafi akrab dengan kekerasan. Ia mampu bertahan selama 40 tahun lebih, memakai segala cara untuk menaklukan musuhnya.
Khadafi tak pernah takut akan serangan operasi militer negara Amerika yang selama ini terus mengintainya. Pada tahun 1986, kediaman Khadafi dihajar bom oleh jet tempur Amerika, banyak pengikutnya yang tewas, namun Khadafi selamat dan terus melakukan pergolakan dan meneriakan sistem anti-Amerika di negeri Libya.
Meski tampak rapuh, semangat Khadafi tak pernah padam, ia terus mengobarkan api agar para pendukung setianya terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Namun, sang pejuang yang memproklamasikan system soasialis islam di negeri Libia ini harus mengakhiri kisahnya setelah ditembak mati di Sirte.
Lalu, bagaimanakah nasib Libia selepas pemerintahan otoriter Khadafi? Apakah rakyat Libia masih dan akan terus tertawa setelah perayaan tewasnya pemimpin mereka?
Kita tidak dapat menyalahkan apapun langkah yang diambil rakyat Libia untuk menumbangkan rezim pemimpin mereka. Mereka layak dihargai atas segala upaya untuk memperjuangkan masa depan negara mereka.
Mantan pemimpin mereka yang otoriter telah menghabiskan banyak nyawa, tanpa pikir panjang ia menembak mati para demonstran, atau siapapun yang tidak sepakat dengan pola pemerintahannya. Tentu saja pertumpahan darah seperti ini tidak dapat diterima oleh siapapun, sehingga aksi nekat dan brutal antara pemimpin dan rakyatnya saling bersautan. Polah pemimpin yang tidak dapat diajak kompromi seperti ini yang akan disingkirkan oleh rakyatnya.
Ditinjau dari sektor ekonomi, Libya merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Dampak dari pertumpahan darah ini, para pekerja ekspatriat beserta anggota keluarga mereka dievakuasi sehingga hal ini menghambat produksi minyak yang mengakibatkan kerugian besar bagi bangsa Libya sendiri.
Coba kita tengok dari pengalaman bangsa Irak dan Afganistan, mereka telah gagal berkoalisi dengan sistem demokrasi. Bisa jadi sistem tersebut hanya untuk kepentingan bangsa barat dan malah menjerumuskan bangsa Libia. Kita sungguh berharap nasib rakyat Libya tidak seperti rakyat Afghanistan dan Irak. Banyak yang harus mereka benahi, terutama ketertiban dan keamanan Negara harus segera diperhatikan setelah aksi kekerasan penggulingan pemimpin mereka. Semoga segera hadir seorang pemimpin yang mampu membawa Libia melewati masa-masa sulit ini dan bisa memberikan kesejahteraan untuk rakyat.

Makin Nakal Makin Laris

,

Lahirnya lagu-lagu dengan lantunan lirik “nakal” dan “menyentil” telinga kini semakin berkembang di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari maraknya syair lagu dangdut yang menyudutkan peran wanita sebagai objek, baik dari segi moral maupun etika. Topik perselingkuhan, prostitusi, dan korban seksualitas menjadi hal hangat yang sudah tidak tabu lagi.
Tidak dapat dipungkiri, menjamurnya lagu-lagu tersebut kerap mendapat  respon cukup kontroversial dari berbagai lapisan masyarakat. Berawal dari video lips sing remaja berjudul “Keong Racun” yang kini sudah disaksikan lebih dari sejuta pasang mata, lalu dibuntuti lagu-lagu fenomenal yang tak kalah heboh,  telah menjadi sorotan massa. Bahkan dari lagu-lagu tersebut, muncullah konotasi sarcasm yang melejit di kalangan pendengar.
Lagu-lagu berkonotasi vulgar tersebut sudah tidak asing lagi berseliweran di televisi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua dalam membimbing anak-anak mereka. Anak-anak berusia rawan perlu mendapat pantauan khusus dalam menikmati musik Indonesia saat ini. Mereka harus dibina agar mampu mencerna pesan moral, baik positif maupun negative yang terkandung dalam lirik lagu dewasa tersebut.
Apabila kita tinjau lebih jauh, sudah berapa banyak anak di bawah umur yang hamil di luar di luar nikah. Bahkan banyak pula anak-anak perempuan yang mengalami pelecehan seksual dari teman lelaki sebayanya. Sebuah penelitian di Amerika menunjukan bahwa, anak usia remaja yang sering mendengarkan lagu-lagu berlirik sarcasm, lebih rentan melakukan hubungan sex usia dini dibanding mereka yang sering mendengarkan lagu-lagu berkonotasi positif.
Lalu bagaimanakah para musisi menyikapi fenomena ini? Apakah kebebasan berekspresi menjadi alasan sehingga mereka tidak peduli dampak negative dari hasil karya mereka? 
Seharusnya hal ini menjadi pokok perhatian para musisi untuk menciptakan hasil karya yang berkualitas dan mendidik. Lagu untuk anak-anak seakan telah mati. Dunia hiburan kita sudah lama merindukan untaian lirik lagu ringan yang dilantunkan anak-anak dengan suara nyaring serta gerak-gerik lincah dan polos mereka. Mirisnya,  anak-anak lebih sering melantunkan lirik lagu dewasa, entah mereka memahami maknanya atau tidak. Hal ini bisa menjadi teguran untuk para musisi , namun ambisi popularitas lebih diutamakan daripada kualitas dalam fase ini. Minat pasar yang meroket membuat mereka berlomba-lomba membuat sensasi dalam dunia hiburan.
 

Time to Speak Up! Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger Templates