Friday, October 28, 2011

Libia Tanpa Khadafi

,
Mantan pemimpin Libia, Moammar Khadafi, tewas mengenaskan di tanah kelahirannya, Sirte, setelah diserang pasukan dewan, Kamis (20/10). Pria yang telah memimpin Libya selama 41 tahun ini diketahui tewas akibat tembakan peluru di kepalanya. Perdana Menteri Libya, Mahmoud Jibril, menerangkan seperti dilansir CNN, Jumat (21/10/2011), kejadian ini terjadi setelah pasukan Dewan Transisi Nasional berhasil mengepung kota Sirte, Khadafi ditangkap hidup-hidup dalam keadaan sehat tanpa perlawanan. Pria yang mengenakan kaos berwarna  coklat, dan sorban ini terkena tembak di lengan kanan saat ia akan dipindahkan ke dalam kendaraan untuk menuju Misrata. Pada saat Khadafi akan dimasukkan ke dalam mobil, baku tembak antara pasukan transisi dewan dan pasukan loyalis Khadafi pun terjadi. Khadafi terjebak dalam baku tembak tersebut, kemudian tembakan peluru melesat tepat mengenai bagian kepalanya, lalu ia tewas saat menuju Rumah Sakit.
Di rumah sakit, sampel DNA yaitu darah dan air liur Khadafi diperiksa tim porensik. Pihak Rumah Sakit menyatakan bahwa orang yang tewas tersebut adalah Khadafi. Tak lama kemudian, kerumunan orang di seluruh Libya bersorak-sorak merayakan kematian Khadafi.
Mengulas masa awal kepemimpinannya, Khadafi dikenal sebagai seorang pemimpin revolusioner yang berani dan radikan. Pria yang selalu memproklamasikan sistem anti-barat ini, berhasil mengenggam Libya setelah sukses merebut tahta kerajaan dari tangan Raja Idris, saat itulah satu kudeta ia taklukan. Ia mulai memimpin Libya pada tahun 1969, lantas merubah bentuk Negara dari kerajaan menjadi republik setelah 7 tahun masa awal kepemimpinannya. Selama menjadi pemimpin, Khadafi akrab dengan kekerasan. Ia mampu bertahan selama 40 tahun lebih, memakai segala cara untuk menaklukan musuhnya.
Khadafi tak pernah takut akan serangan operasi militer negara Amerika yang selama ini terus mengintainya. Pada tahun 1986, kediaman Khadafi dihajar bom oleh jet tempur Amerika, banyak pengikutnya yang tewas, namun Khadafi selamat dan terus melakukan pergolakan dan meneriakan sistem anti-Amerika di negeri Libya.
Meski tampak rapuh, semangat Khadafi tak pernah padam, ia terus mengobarkan api agar para pendukung setianya terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Namun, sang pejuang yang memproklamasikan system soasialis islam di negeri Libia ini harus mengakhiri kisahnya setelah ditembak mati di Sirte.
Lalu, bagaimanakah nasib Libia selepas pemerintahan otoriter Khadafi? Apakah rakyat Libia masih dan akan terus tertawa setelah perayaan tewasnya pemimpin mereka?
Kita tidak dapat menyalahkan apapun langkah yang diambil rakyat Libia untuk menumbangkan rezim pemimpin mereka. Mereka layak dihargai atas segala upaya untuk memperjuangkan masa depan negara mereka.
Mantan pemimpin mereka yang otoriter telah menghabiskan banyak nyawa, tanpa pikir panjang ia menembak mati para demonstran, atau siapapun yang tidak sepakat dengan pola pemerintahannya. Tentu saja pertumpahan darah seperti ini tidak dapat diterima oleh siapapun, sehingga aksi nekat dan brutal antara pemimpin dan rakyatnya saling bersautan. Polah pemimpin yang tidak dapat diajak kompromi seperti ini yang akan disingkirkan oleh rakyatnya.
Ditinjau dari sektor ekonomi, Libya merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Dampak dari pertumpahan darah ini, para pekerja ekspatriat beserta anggota keluarga mereka dievakuasi sehingga hal ini menghambat produksi minyak yang mengakibatkan kerugian besar bagi bangsa Libya sendiri.
Coba kita tengok dari pengalaman bangsa Irak dan Afganistan, mereka telah gagal berkoalisi dengan sistem demokrasi. Bisa jadi sistem tersebut hanya untuk kepentingan bangsa barat dan malah menjerumuskan bangsa Libia. Kita sungguh berharap nasib rakyat Libya tidak seperti rakyat Afghanistan dan Irak. Banyak yang harus mereka benahi, terutama ketertiban dan keamanan Negara harus segera diperhatikan setelah aksi kekerasan penggulingan pemimpin mereka. Semoga segera hadir seorang pemimpin yang mampu membawa Libia melewati masa-masa sulit ini dan bisa memberikan kesejahteraan untuk rakyat.

0 comments to “Libia Tanpa Khadafi”

Post a Comment

 

Time to Speak Up! Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger Templates